Feb 2, 2013 2 komentar

Kehilangan

Hati itu tempat penyimpanan. Sama seperti kotak. Bedanya hati lebih luas intensnya ketimbang kotak yang paling besar sekalipun.

Hati itu penuh tumpukan memory usang yang terkadang muncul untuk dikenang. Memory yang indah, lucu, menggemaskan, bahkan menjengkelkan, menyakitkan, dan menyedihkan. Memory yang akan membuat orang bisa tertawa, tersenyum, menangis, marah, dan berbagai macam ekspresi lainnya.

Hati itu penuh sesak. Metromini saja sepertinya kalah saing. Sesak, sampai ingin nangis saja sulit. Sesak sama memory yang rumit.

Seperti malam ini. Aku kembali sesak. Ingat seorang teman, rekan, bahkan kalau bisa aku sebut kakak yang akan pergi jauh. Pergi yang tak kembali. Bahkan sms terakhir saja tidak dibalas.

Memory menyenangkan, menjengkelkan, dan memalukan yang mulai beracak sudah membuat aku sesak. Aku belum bisa kehilangan lagi. Aku belum bisa kehilangan orang yang aku segani, hormati, dan sayangi.

Seperti kehilangan kakak yang baik hati. Yang selalu berbaik hati diganggu. Yang dulu mau menjawab pertanyaan-pertanyaan kondisi abah saat abah sekarat. Yang dulu selalu membaca blog ini. Yang bilang blog aku bagus. Yang juga ikut manggil aku Ghe.

Aku seperti kehilangan kakak yang murah senyum. Yang selalu tersenyum saat diledek, saat lelah, bahkan kalau menolak sesuatu.

Aku mungkin akan lupa. Seperti yang sudah-sudah. Banyak yang datang dan pergi begitu saja sih. Mendadak menghilang. Tiba-tiba muncul berusaha menjadi kakak yang baik. Terlalu sering yang seperti itu. Tapi ini beda.

Dia kakak yang sudah dewasa. Berbeda beberapa tahun. Dia bertutur seadanya, kadang aku yang banyak cakap. Tapi dia mendengarkan. Dulu kalau sedang berdinas, seru berbincang dengannya. Obrolan singkat tapi menyenangkan. Jarang yang seperti itu di tempat aku kerja.

Baru 1 tahun aku mengenalnya. Pertemuan yang singkat sekali. Mengingat semua orang yang aku kenal lama dan baik biasanya tidak secepat itu pergi. Tapi dia beda.

Akhirnya, setelah mengembalikan novel yang dia pinjam. Dengan tiba-tiba dia pamit ke semua, dia akan pindah ke kampung halaman. Entahlah, aku sih senang saja. Aku tahu banyak alasan yang membuat dia harus mengambil keputusan itu. Itukan sudah takdir manusia untuk memutuskan.

Pertemuan sudah ditakdirkan Allah swt. Perpisahan juga sama. Dimana ada pertemuan disitu pasti ada perpisahan. Mungkin banyak orang yang menginginkan cukuplah ada pertemuan saja. Tapi bagaimana mungkin? Toh, semua sudah diciptakan berpasang-pasang. Tidak akan tertukar, bahkan takdir untuk setetes embun di atas rumput hutan paling terpencil sekalipun sudah ditentukan. Makanya aku percaya, akan ada pertemuan-pertemuan yang lain lagi. Seperti ujian,awal dan akhir. Dan akan ada soal lain lagi. Berarti akan ada pertemuan lagi.

Allah, bukan hak ku untuk tahu alasannya mengapa dia pergi. Tapi semoga keputusan yang ada adalah yang terbaik. Semoga banyak pelajaran hidup yang bisa aku ambil dari awal pertemuan dengan akhir perpisahan. Pelajaran yang akan menjadikan aku wanita yang makin dewasa.

Allah, pertemukan aku dengan hambaMuyang luar biasa. Yang dengannya aku bisa mendapat manfaat. Dan jika dipisahkan, maka menjadi perpisahan yang indah.

Semoga menjadi lebih baik lagi semua. Semangat menebar manfaat!!!!!

 
;