Aug 25, 2011 0 komentar

Believe


Hari ini tetap dengan mendapat pembelajaran kembali. Kehidupan dan agama, berdampingan dalam kesatuan yang utuh tanpa ada cacat dimasing-masing bagiannya. Pagi ini aku belajar (selalu) untuk bersabar dan menerima semua dengan ikhlas. Bagaimana aku harus menunggu, dan berprasangka baik pada apa pun takdir yang Allah beri. Hampir menangis dan bertanya-tanya, apa memang aku tidak pantas untuk tersenyum hari ini? Betapa pertanyaan bodoh dan tidak bersyukur. Segera aku beristighfar, aku tak mau menjadi orang yang kufur nikmat. Bukan kah aku telah berazzam, berikhtiar untuk menyambut yang baik dan yang buruk? Bukan kah manusia hanya mampu berikhtiar dan Allah yang menentukan? 

Dengan itu semua aku berharap semua menjadi lebih baik. Pada saatnya pasti akan terbalas. Alhamdulillah, benar keyakinan ku, semua tuntas terbayar sudah. Betapa Allah mencintai hambaNya. Allah tak tidur, dan semua kesabaran akan terbayar lunas Terkadang aku malu, Allah terus dalam kesibukkan, namun kita manusia sibuk dalam urusannya sendiri. Tak adakah pembayaran yang layak untuk Allah? Bahkan untuk mengingatNya pun terkadang kita lupa.

Hari ini aku belajar (lagi) untuk bersyukur. Betapa menerima dengan ikhlas semua yang ada adalah sulit. Hampir semua orang, termasuk aku, sulit menerima keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Dan benar kata-kata, bahwa kita akan menikmati semuanya jika kita bersyukur, tidak perlu dicari.

malam hari ini aku belajar (terus) tentang keikhlasan dalam berjuang. Memang film itu berasal dari sebuah kelompok, namun belajar itu tidak hanya dari satu sumber, bukan? Lagi-lagi, Allah membukakan pintu rakhmatNya untuk ku, Allhamdulillah. Belajar lah aku bagaimana cara untuk membuka mata, pikiran, serta hati terhadap suatu perubahan yang tak menentang shar
i. Kita masih diperbolehkan untuk terus berkembang selama kita berpegang teguh pada lakum dinukum waliyaddin. Kita tidak berkiblat pada mereka namun kita memperkenalkan bahwa agama kita bukanlah agama tua yang tidak layak bersanding dengan mereka, bukan kah agama kita ini adalah rahmatan lil alamin? Mengapa harus kita yang malu? Mengapa harus kita yang tertinggal? 

Allah selalu membukakan hati hambaNya, dan semoga kita menjadi hambaNya yang berada dijalan yang diridhaiNya..Amiin

*untuk mengingat apa yang sudah aku pelajari dan kembali aku ingat
Aug 24, 2011 0 komentar

learn learn and learn

sometime, when i saw the other people standing next to me, there's so many questions on my head. how they can bear this situation? how they have so many opportunities better than me? am i too stupid to face it? or God never love me. what a silly questions, and how i can not to be thankfully like this.

sometime, i felt i shouldn't be here.....i'm being STUCK!!!!!!!! actually, i'm always thinking like this,,, okay, you can say i'm not a good slaver...
But even you said like that you can't feel what i felt. you just like the other guys who always talk too much than do. WTFM!!!!!!!!

i always says to my self, it's just an exam from the God to you... to be a better slaver than now, always keeping your dream....and saw, Allah will make it true....someday, in the useful time.....


don't afraid to cry....

Aug 22, 2011 0 komentar

just believe

just believe in your dream because you must to know, God never sleep and always give the best one for you, for now or soon,,,

hope is a dream that doesn't sleep
Aug 20, 2011 0 komentar

untitled

dan kegagalan bukan kah sebuah keberhasilan yang tertunda?

la tahzan innallaha ma'ana
Aug 16, 2011 0 komentar

Kuala Lumpur

Postingan yang akhirnya bisa dibilang postingan teranyar setelah postingan yang pre-order tipikal chapter 7 dan 8 dari cerita BEAUTIFUL IVY karangan saya sendiri.
Sedih dan pusing mendera karena akibat penyusunan KTI yang bebarengan dengan datangnya bulan suci Ramadhan yang akhirnya membuat saya agak sedikit terguncang dalam menjalani ibadah shaum di bulan ini.

Bisa dibilang ini mungkin menjadi postingan terakhir sebelum ujian sidang kelulusan, kenapa ya, kelulussan saja harus ada sidang. Pertanggungjawaban itu memang menyulitkan ya. Dan ALHAMDULILLAH akhirnya tulisan yang saya susun, yang mungkin suatu saat nanti akan saya posting menjadi beberapa part, disetujui oleh pembimbing tercinta saya yang sudah sangat profesional dalam bimbingan dikarenakan banyaknya asam garam yang telah dikonsumsinya.

Begitu banyak tenaga, peluh, dan kesabaran tingkat dewa yang harus dikeluarkan karena memang setelah keluar konsul itu kepala saya akan berpusing ria, ibaratnya ada burung kenari yang terbang muter-muter di kepala ini. Biasanya saya akan istirahat sejenak sebelum melanjutkan lagi.

Begitu banyak yang manis dan pahit dan asem dan asin dan umami yang dirasa ketika bimbingan dan yang pasti akan sangat banyak lagi rasa yang akan muncul saat ujian sidang...


semoga saja rasanya UMAMI bukan asem apalagi pedes......


So, sist and broth..tolong doakan ya karena kita akan menjalani keseluruhan hasil kita selama 3 tahun di kampus keperawatan.



oke, sekarang lebih baik mendengarkan musik instrument yang mengalun lembut menyesatkan.


see you

Aug 15, 2011 0 komentar

Beautiful Ivy--- Chapter 8 Lost


“Jawab aku?! Kau mencintai ayahmu kan?!” wajah Patria menyiratkan kebencian yang nyata. Kenyataan yang harus diterimanya sangat pahit. “a, a, aku..” Tian sangat kaget dengan semua ini, bagaimana Patria bisa tahu masa lalunya, bahkan hanya dia yang tahu rahasia ini. “jangan bohong padaku, Tian! Anak macam apa kau mencintai ayahnya sendiri!” Tian tak berani menatap wajah Patria yang kini benar-benar marah. “tolong hentikan..” kini Tian tak mampu menahan tangis yang sedari tadi dia tahan. Terisak tak mampu berkata-kata, harga dirinya sudah hancur. “kau! Kau seperti kecoak! Menjijikan! Kau anggap aku ini apa Tian?! JAWAB?!!!!” butuh keberanian untuk menatap mata Patria yang kini meraja dengan hebat, membuat atmosfer di ruangan kelas itu menjadi lebih sesak. “aku…..” Tian tak sanggup melanjutkannya, lidahnya seakan tercekat. “Kau anggap aku apa Tian!!!! Pelarian?!! Hanya karena namaku sama dengannya, hah?!” Napasnya memburu, wajahnya memerah, Patria tampak sangat marah, membuat Tian tak banyak berbicara, bahkan untuk membela diri, “cukup, Patria…”. “Cukup katamu?! Selama ini aku pikir kau sangat menyayangi keluargamu, dan selama ini aku tak mengapa dianggap seperti ayahmu. Karena aku pikir kau sangat menyayanginya sebagai ayah, BUKAN SEBAGAI PRIA!!!!” Raung Patria. “Patria, please…” Mohon Tian, “jangan sebut namaku! Kau tak pantas!!”.
“aku tak mampu, Patria. Aku sungguh tak mampu untuk menjelaskan semua ini padamu. Aku…..” Bibir Tian terasa tercekat, tak mampu berkata. “mengapa Tian? Mengapa kau mempermainkan aku? Aku sungguh mencintaimu.”… “maaf, Patria…aku sungguh tak mau kau tahu…”
“hmph, sekarang kau mengakuinya.”
“tolong dengarkan aku..aku mohon…”
“……”
“aku sungguh tak tahu, bagaimana kau tahu hal itu. Dan aku, aku mengakui itu. Aku memang mencintai ayahku. Dan harus kau tahu dia bukan ayahku.. dia adalah pria yang harus aku panggil ayah, yang sesungguhnya aku tak mau dia menjadi ayahku..” Tian berhenti sesaat untuk menguatkan dirinya menceritakan segalanya tentang masa lalu itu. Masa lalu yang sudah dia kubur dalam-dalam dan kini harus dia muntahkan ke permukaan. “aku mencintai Patria saat aku berusia 15 tahun, aku hanya berbeda 5 tahun dengannya Patria! Tidakkah kau mengerti!!” emosi Tian mulai membuncah seiring dengan tatapan Patria yang menatapnya jijik, bagaikan sampah. “mengapa aku harus mengerti? Kau bahkan mencintainya, padahal kau tahu dia adalah suami ibumu, suka atau tidak! Dia bahkan tidak mencintaimu Tian!”
“aku tahu itu, tapi yang aku rasakan adalah lain. Aku mencintainya dan itu lebih dari cukup. Setidaknya aku masih bisa bersama dengannya.”
“kau membuatku muak.” “tidak cukupkah kau menghancurkan ku seperti ini?!”
“kau hancurkan aku, Tian! Aku sungguh mencintaimu, tapi apa??? Selama ini kau mempermainkan perasaanku.”
“aku sudah melupakan itu semua, Patria. Sejak aku berusaha untuk mencintaimu pada akhirnya. Bukan sebagai Patria itu, tapi sepenuhnya dirimu. Sepenuhnya dirimu, Patria.”
“aku tak akan pernah percaya denganmu lagi, Tian.”. cukup lama Tian terpaku, wajahnya terus merunduk menatap lantai yang kini menampakkan bayangan Patria, bayangan pria yang sepenuhnya dia cinta. “aku pergi…percuma aku menjelaskan semua ini padamu. Kau tak akan pernah mempercayaiku.” Tian bangkit dari duduknya yang sangat lama, tubuhnya gemetaran, dia tak mampu menopang tubuh kecilnya. Hatinya hancur, kini dia kembali kehilangan, kehilangan Patria untuk yang kedua kalinya. Penglihatannya mulai kabur karena semua genangan air di matanya. –cukuplah ini semua- ucapnya dalam hati. Dan langkahnya terhenti ketika dia merasakan cengkraman kuat yang kasar di tangan kirinya, memutar tubuhnya dan detik berikutnya dia merasakan ada tubuh besar jatuh ke dalam pelukan, atau justru tubuh mungilnya yang jatuh dalam pelukan pria itu.
“mengapa Tian?” ucapan Patria dalam bisikan di telinganya, dia menangisinya. Bukan, dia menangisi dirinya sendiri, dia menangisi dirinya yang tak mampu menerima Tian apa adanya. “maaf….” Tian hanya mengeluarkan kata ajaib itu, air matanya jatuh membasahi tubuh besar Patria. Menghirup kuat-kuat aroma tubuh Patria. Aroma yang berbeda dari Patria itu. Aroma yang lebih dia sukai, namun saat ini dia hanya akan mampu mengingatnya dalam hati, karena dia tahu Patria akan pergi meninggalkannya. “mengapa, Tian?” dekapan itu semakin kuat membuat Tian sulit bernapas, dadanya sesak. Dia tahu, Patria akan pergi meninggalkan semuanya, karena dia pasti berpikiran bahwa namanya hanya akan mengingatkan Tian dengan cinta pertamanya. “aku mencintaimu, Tian. Sangat mencintaimu.”
3 komentar

Beautiful Ivy--- Chapter 7 Dark Past

“Mau tidak aku bisikan sesuatu?” Rayu Joe kepada Dewi yang membuat Tian sedikit muak, “Hey kalian! Tidak malu apa, sok mesra di depan ku?” Tian tampak sangat kesal akan sikap Joe dan Dewi yang tiada hentinya bergurau mempermainkan perasaannya. Tian sedang pusing dengan begitu banyak tugas dan hubungannya dengan Patria tidak berjalan semulus yang diharapkan karena kehadiran Joe yang selalu membuat kondisi tidak memungkinkan untuk sekedar berbicara berdua. “Tidak. Tidak cukup itu saja untuk membuatmu sedikit cemburu.” Jawab Dewi dengan pd-nya sambil tersenyum-senyum penuh arti kepada Joe. “Hahahahaha, cukup Dewi. Kasihan aku melihat makhluk itu dari tadi cemberut. Aku tak tahan akan cubitannya jika pulang nanti.” Eluh Joe pura-pura. “Ugh, menjengkelkan!” Akhirnya Tian menyerah pergi menuju perpustakaan fakultas untuk menyelesaikan tugasnya diwaktu senggang daripada harus menghabiskan waktu dengan Joe dan Dewi.
***
“Tian?” Suara terkejut seseorang melihat Tian yang sedang mengerjakan tugasnya di sudut perpustakaan.“Patria?” ucap Tian spontan ketika mendongak ke arah Patria.  “Sedang apa kau disini?” tanya Tian,
“Ini perpustakaan fakultas ku,” ucap Patria santai, berhenti sebentar kemudian melanjutkan perkataannya, “Kau lupa, fakultas ku juga tekhnik.” Ucap Patria sambil mengusap kepala Tian dengan lembut, Tian lupa kalau Patria juga dari fakultas tekhnik, lagipula Patria lebih sering berada di perpustakaan mencari bahan-bahan untuk membuat artikel di majalah kampus dan risetnya. “Aku lupa, hehe.” Senyuman simpul Tian yang manis menjadi sebuah hadiah kecil untuk Patria, Patria dengan kesekian kalinya merasa dekat dan makin menyukai gadis dihadapannya hanya karena senyuman itu.
“Berhenti tersenyum karena kau membuatku makin menyukaimu.”
“Mengapa? Bukankah kau menyukainya jika aku tersenyum untukmu.”
“Tapi disini bukan tempat yang tepat untuk membuatku tak mampu berkata-kata dan membuatku kehilangan konsentrasi.”
“Aku menyukainya. Aku menyukai kau yang tak bisa berkonsentrasi jika ada aku.”
“Kau makin pintar merayu, Tian. Ajaran Joe?”
“Frekuensi ku bertemu dengan Joe lebih banyak daripada kau, apakah dengan frekuensi itu aku tak mampu menangkap apa yang Joe lakukan? Aku mungkin secara tidak langsung menangkap caranya merayu Dwi.”
“Dan kau tahu, Tian? Itu sangat cocok dengan gayamu. Kau dan Joe.”
“Dan apa kau tahu, Patria? Itu adalah salah satu yang membuatmu tak bisa memalingkan wajah dari ku.”
“Kau..”
“Aku selesai, Patria. Aku tak ingin mengganggu konsentrasimu. Pergilah ke tempat lain, dan cari konsentrasimu itu.” Ucap Tian sambil terkekeh.
“Bagaimana jika konsentrasiku ada di sudut ini?”
“Aku akan, dengan senang hati, pergi dari sudut ini dan pindah ke sudut lainnya.”
“Aku tak akan membiarkanmu pergi.”
“Oh, ayolah. Aku ingin mengerjakan tugasku. Patria, please…”
“Baik nona cantik, aku akan mencari buku referensi dulu, lalu aku akan menemanimu disudut ini. Don’t go anywhere.”
“Promise..bogoshipeoyo, Patria.”
Mereka menghabiskan waktu sore itu dengan mengerjakan tugas dan bercanda bersama di perpustakaan. Hanya dengan bertukar pikiran dan mengobrol santai sudah bisa membuat Tian menjadi orang lain, menjadi seseorang yang lebih ceria. Ceria dalam balutan seorang Tian.
“Mengapa kau tersenyum terus, Patria. Ada yang lucu?”
“Tidak.”
“Lalu? Ada apa? Tingkahmu aneh.”
“Aku hanya ingat kalau kau sudah membaca puisi itu. Aku sedang membayangkan seperti apa kau ketika membacanya.”
“Kenapa memang?”
“Karena hanya dengan memandang wajahku saja kau sudah tersipu, apalagi membaca puisi itu.”
“Jangan bercanda, aku mana mungkin tersipu hanya dengan membaca puisi itu, bahkan burung saja tidak akan lupa daratan dengan puisi itu.”
“Yupz. Karena kau yang lupa daratan.”
“Berhentilah, Patria.”
“Kenapa?”
“Karena ini bukan tempat yang tepat untuk membuatku tak bisa berpikir sehat.”
“hahahahahaha”
Tawa Patria yang tertahan, dan senyuman Tian membuat suasana sore itu menjadi sedikit hangat. Itulah mereka berdua, sosok yang lain yang tak bisa dimengerti oleh orang lain.
*** 
Pagi itu, Joe dan Tian pergi mengunjungi makam ayah kandung Tian. Menaiki angkotan kota yang penuh sesak orang-orang lalu pindah ke damri, segera setelah itu mereka bertolak ke lembah hijau yang asri. Gundukan-gundukan hijau kini tampak menghampar luas. Begitu terawat dan asri, namun tetap saja menjadi tempat yang sepi dan anti untuk dikunjungi. “Kau yakin tak mau aku temani?” tanya Joe ketika Tian memintanya untuk meninggalkannya sendiri.  “Iya, Joe.” “Baiklah, aku tunggu di gerbang ya. Jangan lama-lama.” “Thanks.”
“Ayah, maaf aku sudah lama tidak mengunjungimu. Aku hanya berusaha untuk adil dengan kau dan Patria.” “Ayah, aku merasa aku sudah membohonginya. Namun aku mulai menyukainya sebagai Patria yang lain. Aku sudah berusaha untuk melupakan Patria, yang bahkan dia tak pernah menganggap aku sebagai seorang wanita dan memilih ibu.” “Aku ingin menceritakan semuanya, namun aku tak sanggup, aku tak sanggup untuk kehilangan untuk yang kedua kalinya, yah.” “Bisakah aku terus menjaga rahasia ini?” “Ayah, ibu semakin tak sehat. Setiap hari dia selalu menanyakan Patria. Aku tak yakin aku bisa terus membohonginya. Di satu sisi, aku tak ingin membuat penyakitnya semakin parah. Aku ingin melepaskan semua bebanku ini.” “Ayah, aku tahu bahwa kau disana sedang mempertanggungjawabkan perbuatanmu di dunia. Apakah tanggung jawabku lebih besar, yah?” “Aku sudah banyak membohongi orang-orang yang aku sayangi.”
“Kau melakukannya karena memang begitulah seharusnya, Tian.” “Joe?!” “Sabar Tian, aku tahu apa yang kau alami bukan hal yang mudah. Tapi ingatlah, aku akan selalu ada untukmu. Aku akan menjagamu, sesuai janjiku pada ayahmu dan Patria. Aku tak akan membuatmu terluka.”
“Bisakah kau menyimpan semua rahasia ini?”
“Aku akan berusaha, Tian.” “Aku menyayangimu, aku sangat menyayangimu.”
“Joe, maafkan aku.” “Aku selalu membuatmu susah, aku membuatmu capek karena terus mengikutiku.” “Maafkan aku, Joe.”
“Hanya dengan inilah aku bisa dekat denganmu, Tian.” Bisik Joe, teramat pelan dan hampir tak bisa terdengar.
---
“Joe, apakah Patria akan membuatku bahagia?”
“Entahlah, bisa iya atau tidak.”
“Mengapa?”
“Karena kau seperti orang dungu jika terus mempertanyakan hal itu. Berhentilah mengkhawatirkan sesuatu yang tidak-tidak.--” “—Hey, aku baru sadar, kau mengenakan kemeja Patria. Kau mencuri di lemari ibumu lagi?”
“He?? Tidak,kok. Ibu memberikan hampir semua kemeja Patria yang aku sukai untukku.”
“Bahagia sekali kau?”
“Tentu saja, karena persediaan baju untuk kuliahku bertambah tanpa harus mengeluarkan uang.” “Dasar.” “Hahahahaha..--” “--Oh, ya. Bagaimana kelanjutanmu dengan Dewi?”
“Dewi? Baik-baik saja. Kau tahu, dia akan pergi ke NY. Dia dapat exchange 1 tahun di fakultas sastra. Entah apa yang akan dia lakukan disana, bahasa Inggrisnya saja carut marut.”
“tetap saja dia hebat.”
“Aku sekarang intensif mengajarkan English-nya. Hebatkan, setidaknya aku akan terus dikenang olehnya.”
 “Terlalu percaya diri kau, bagaimana jika dia kepincut bule disana? Kau akan ditinggalkan begitu saja.”
“Kalau begitu, setelah dia pulang ke Indonesia, lihat saja apa yang akan aku perbuat.”
“Jangan bilang kau akan melamar Dewi.”
“Oh, tidak. Aku justru akan menikahinya. Tentu saja persetujuan orang tuanya.”
“Otakmu memang tidak waras Joe.”
“Begitupun dirimu, Tian.”
“Well, kita impas.. :D”
***       
“Halo, apa benar ini Patria?”
“Iya, benar. Dengan siapa saya berbicara?”
“Saya ibu Tian. Kita harus bicara sekarang juga ini penting.”
“Bisa kita bicara saja di telephone, bu?”
“Tidak, ini penting. Sangat penting untuk dibicarakan ditelephone. Aku ingin kita bertemu sekarang juga. Aku tunggu di coffeeshop dekat florist.”
*tbc*
^.^ annyeong! gak kerasa sudah chapter 7 dan ternyata kelanjutanx sudah siap juga..bahagia dehh.....
dipart ini banyak kalimat yg ditulis tanpa ekspresi, kalian yg akan menentukan seperti apa mereka :) selamat membaca..
Aug 9, 2011 0 komentar

i'm not the last choice

aku bukan pilihan terakhir karena aku mampu. Tapi aku ingin bersama sahabat-sahabat ku, dimana kami bisa saling memahami dalam satu arti, bukan saling melecehkan. Aku terkadang heran, mengapa Allah memberiku jalan ini? mengapa Allah menakdirkanku bersama orang-orang yang membuatku merasa tidak nyaman...

aku harus menjadi yang terbaik, tapi aku inginkan tak bersama mereka. Aku ingin sekali mengawali hidupku bersama sahabatku, bukan mereka. namun aku ingat perkataan seseorang padaku, jadilah anak yang manis dan ikhlas, kau memiliki sesuatu yang orang lain tak punya. Janganlah menjadi pemilih, jadilah pembelajar sejati karena semua itu yang akan kau hadapi tanpa membedakan...

mamah mendoakanku, bapak mendoakanku, adik mendoakanku, walau aku sering menyakiti hati mereka namun mereka tanpa lelah terus mendoakan yang terbaik siang dan malam,,,

ini janjiku bahwa aku akan menjadi yang terbaik dan tak akan menyerah dan akan terus berjuang hingga akhir!!


Allah swt bersama saya, walau tak dapat melihatNya, namun saya merasakan bahwa Allah mencintai saya, hambaNya....

don't be sad...innallaha ma'ana

la tahzan, innallaha ma'ana :')
Aug 6, 2011 0 komentar

Bersemangatlah

bersemangatlah karena semua itu pasti akan ada kesudahannya :')
Aug 4, 2011 0 komentar

the Lord will make my dream come true in the right time when i can face it....

judul di atas adalah sepenggal kalimat yang saya buat ketika menceritakan "why i want to be nurse?"

kenapa saya bisa mengatakan itu? entahlah, karena saya yakin bahwa Allah akan menunjukkan jalan yang terbaik untuk hamba-hambaNya.

saya yakin, namun sepertinya masih kurang karena ketika waktunya, "maka terbuka pada penutup" mengambil kutipan dari kalimat yang tertulis di goldensnitch di HP7, keunggulan dan kekurangan saya terbuka sudah, betapa memang seperti itu. saya menyukai semua perkataannya, beliau benar-benar mampu merangkai kata.

semoga ini menjadi langkah awal yang diridhai Allah untuk mewujudkan mimpi-mimpi saya.
Aug 3, 2011 0 komentar

Senyuman untuk mamah

Saat ini aku sedang berusaha untuk membuat mamah tersenyum dalam hidupnya...
Mamah, engkau adalah manusia mulia yang Allah ciptakan khusus untukku...
Aku akan membuatmu tersenyum saat aku berdiri sendiri dengan kedua kakiku ini untuk menapaki kehidupan baru


Aug 1, 2011 0 komentar

Bersyukur ketika Sulit

Sulit bukan berarti membuat kita sulit bersyukur, justru belajar bersyukur ketika sulit....
Semoga Ghesti Oktaviani mampu bersyukur ketika sulit.
فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman : 13)

Ghesti tahu dan yakin Allah tak akan pernah meninggalkan hamba-hambaNya yang membutuhkan pertolonganNya...
Ghesti yakin bahwa Allah tak akan memberi kesulitan yang melebihi batas kemampuan hambaNya. 
لاَ يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْساً إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْراً كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo'a): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."
(Al-Baqarah: 286)

Ghesti yakin Allah akan memudahkan semuanya :’) 

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.

إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْراً
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
(As-Sharh: 5-6)

 *ditulis saat sedang merasa gundah dan galau
 
;