Yupz....
Ini adalah entri terbaru setelah beberapa hari saya mengalami gangguan untuk merangkai kata. Saya bahkan tidak tahu apakah entri ini akan saya terbitkan atau hanya menjadi konsep yang berujung di tombol delete.
Hari ini saya sudah menjalani 8 hari PKL di sebuah puskesmas di daerah Cirebon. Selama itu pula saya dirundung rasa galau dan kepanikan yang tidak jelas asal usulnya. Saya sudah berusaha untuk selalu tenang dengan beribadah dan berdoa, saya bisa dibilang adalah orang yang hampir selalu panik dengan kondisi yang baru atau pun kondisi yang memberi tekanan. Dan yang membuat saya semakin panik adalah teman-teman 1 kelompok saya adalah orang-orang yang sangat santai, semua mereka jalani dengan santai. Saya merasa, kok hanya saya sendiri sih yang pusing ngurusin permasalahan yang ada, mereka kok santai banget ya? Namun setelah dipikir lagi, mungkin ini adalah salah satu cara pendewasaan dan pembelajaran saya dari Allah swt. Saya selalu berusaha untuk mengambil semua sisi positifnya.
Selama di puskesmas, saya dengan teman 1 kelompok mendapat masing-masing 2 keluarga kelolaan yang harus diberi asuhan keperawatan selama kurang lebih 2 minggu dengan minimal kunjungan 5 kali. Aha! Satu lagi permasalahan datang, gimana cara saya mengunjungi rumah yang berjauhan?! Saya kan gak punya motor. Dilema saya.
Beberapa hari yang lalu saya mengunjungi rumah 2 keluarga yang saya kelola. Keluarga pertama adalah keluarga dengan masalah kesehatan TB paru dan DM. Dalam hati saya berpikir, kenapa ya selalu ada bayang-bayang DM dalam setiap langkah saya selama masa praktek? Keluarga kedua dan yang terakhir adalah keluarga gerontik atau lansia yang membuat saya miris, kedua suami istri lansia itu lumpuh karena stroke, tak ada anak yang ada di rumah. Rumah seperti kandang, tak ada yang mengurus, membuat saya bertanya, apa yang harus saya lakukan di sini?
Akhirnya saya memfokuskan diri saya ke keluarga pertama, dikarenakan kasus keluarga pertama saya adalah kasus yang akan dipresentasikan di puskesmas pada minggu terakhir. Hal ini menjadikan saya menomorduakan keluarga kedua. Saya sendiri merasa sedih dan berjanji hari Kamis ini saya harus pergi mengunjungi mereka, karena mereka harus diperhatikan oleh keluarga dan tetangganya.
Semenjak sering berkunjung ke rumah pertama membuat saya semakin mengenal dan belajar berinteraksi. Saya senang bisa belajar langsung seperti itu, karena ini akan menjadi bekal awal di Ujian Akhir Program yang akan saya ikuti. Itu lah yang membuat saya tidak ingin main-main dengan PKL kali ini.
Saya senang, mereka semua mau menerima saya. Mau direpotkan oleh saya dan memaksa saya memakan pepaya yang selama ini tidak saya sukai. Bahkan setelah makan pun, saya tetap tidak suka.
Semoga saja, minggu-minggu ini menjadi awal yang baik untuk ke depan. Menjadi loncatan awal untuk menuju ujian yang sebenarnya.
Hwaiting!!!!!
Ini adalah entri terbaru setelah beberapa hari saya mengalami gangguan untuk merangkai kata. Saya bahkan tidak tahu apakah entri ini akan saya terbitkan atau hanya menjadi konsep yang berujung di tombol delete.
Hari ini saya sudah menjalani 8 hari PKL di sebuah puskesmas di daerah Cirebon. Selama itu pula saya dirundung rasa galau dan kepanikan yang tidak jelas asal usulnya. Saya sudah berusaha untuk selalu tenang dengan beribadah dan berdoa, saya bisa dibilang adalah orang yang hampir selalu panik dengan kondisi yang baru atau pun kondisi yang memberi tekanan. Dan yang membuat saya semakin panik adalah teman-teman 1 kelompok saya adalah orang-orang yang sangat santai, semua mereka jalani dengan santai. Saya merasa, kok hanya saya sendiri sih yang pusing ngurusin permasalahan yang ada, mereka kok santai banget ya? Namun setelah dipikir lagi, mungkin ini adalah salah satu cara pendewasaan dan pembelajaran saya dari Allah swt. Saya selalu berusaha untuk mengambil semua sisi positifnya.
Selama di puskesmas, saya dengan teman 1 kelompok mendapat masing-masing 2 keluarga kelolaan yang harus diberi asuhan keperawatan selama kurang lebih 2 minggu dengan minimal kunjungan 5 kali. Aha! Satu lagi permasalahan datang, gimana cara saya mengunjungi rumah yang berjauhan?! Saya kan gak punya motor. Dilema saya.
Beberapa hari yang lalu saya mengunjungi rumah 2 keluarga yang saya kelola. Keluarga pertama adalah keluarga dengan masalah kesehatan TB paru dan DM. Dalam hati saya berpikir, kenapa ya selalu ada bayang-bayang DM dalam setiap langkah saya selama masa praktek? Keluarga kedua dan yang terakhir adalah keluarga gerontik atau lansia yang membuat saya miris, kedua suami istri lansia itu lumpuh karena stroke, tak ada anak yang ada di rumah. Rumah seperti kandang, tak ada yang mengurus, membuat saya bertanya, apa yang harus saya lakukan di sini?
Akhirnya saya memfokuskan diri saya ke keluarga pertama, dikarenakan kasus keluarga pertama saya adalah kasus yang akan dipresentasikan di puskesmas pada minggu terakhir. Hal ini menjadikan saya menomorduakan keluarga kedua. Saya sendiri merasa sedih dan berjanji hari Kamis ini saya harus pergi mengunjungi mereka, karena mereka harus diperhatikan oleh keluarga dan tetangganya.
Semenjak sering berkunjung ke rumah pertama membuat saya semakin mengenal dan belajar berinteraksi. Saya senang bisa belajar langsung seperti itu, karena ini akan menjadi bekal awal di Ujian Akhir Program yang akan saya ikuti. Itu lah yang membuat saya tidak ingin main-main dengan PKL kali ini.
Saya senang, mereka semua mau menerima saya. Mau direpotkan oleh saya dan memaksa saya memakan pepaya yang selama ini tidak saya sukai. Bahkan setelah makan pun, saya tetap tidak suka.
Semoga saja, minggu-minggu ini menjadi awal yang baik untuk ke depan. Menjadi loncatan awal untuk menuju ujian yang sebenarnya.
Hwaiting!!!!!
0 komentar:
Post a Comment