Apr 25, 2012 2 komentar

Apakah Ada Intisari Rutinitas?

Malam ini sepertinya ingin memuaskan hasrat untuk mencurahkan segala yang ada di kepala. Malam yang hanya ditemani bintang, bulan, serta angin sepoi-sepoi yang hanya bisa disaksikan dari jendela kamar sepetak ini. Malam yang sepertinya masih belum memberi semangat pada ku untuk memulai menulis (lagi). Malam yang mungkin akan berakhir seperti malam-malam sebelumnya.

Aku jenuh.
Aku mungkin penat.
Atau aku bosan?


Mungkin kalian tak bisa, bahkan tak akan pernah bisa membayangkan mengapa aku sampai berkata seperti itu. Aku mungkin terkesan mengeluh, tapi begitulah adanya. Aku pergi dari kota kecilku berharap dapat merasakan kehidupan yang lebih menjanjikan pengalaman dan gairah untuk maju. Aku berharap aku bisa semakin merasakan keindahan berbagi di tempat yang bisa aku sebut rumah kedua. Aku berharap aku bisa melanjutkan mimpi untuk terus menulis.

Dan memang tak ada yang sebaik rumah sendiri, dimana aku bisa mengekspresikan semuanya. Aku bisa pergi dan duduk di coffee shop hanya untuk sekedar menulis. Aku bisa bercengkrama dengan semua kakak-kakak senior di Rumah Orange itu. Aku bisa berbagi dengan adik-adik yang luar biasa. Aku bisa merasakan pengalaman di posko mudik. Aku yang memiliki kegiatan yang aku senangi.

Aku mungkin akan pergi kembali suatu saat nanti. Tapi tidak sekarang. Aku masih harus menunjukkan bahwa aku bisa mengemban amanah ini. Aku masih bisa mencari bahagia ku dengan cara yang lain, jalan yang Allah berikan padaku saat ini. Aku masih bisa memberi dengan yang lain. Aku masih bisa meraih bahagiaku. Karena aku adalah Ghesti.

Aku mungkin akan kembali, namun hanya sebatas bercengkrama, mengenang yang lalu untuk selanjutnya maju menata masa depan. Aku yang akan kembali pergi mencari sesuatu yang baru, keluarga baru, tempat baru di luar sana. Tempat yang lebih jauh dengan bahasa yang berbeda dan cara kehidupan yang berbeda.

Ya, suatu saat nanti New Zealand. Aku akan hidup dengan keluarga yang mencintaiku seperti mama dan bapak. Posisi yang sama dengan porsi cinta kasih yang sama, namun lebih anggun.

Rutinitas yang sekarang? Ini hanyalah proses menuju kedewasaan dimana tak semua orang bisa mendapat kesempatan yang luar biasa, dan Allah tahu mana yang terbaik untuk hambaNya, as always........


Aku, seorang anak mama berusia 21 tahun dengan segala kelemahan dan kelebihannya. Aku, seorang anak mama yang melankolis dalam dunianya. Aku, seorang anak mama yang tak mampu menaklukkan hati seorang pria yang selalu hadir dalam mimpinya. Aku, seorang anak mama yang bermimpi menjadi dewasa dan dicintai.




-Berilah komentar tentang adanya Ghesti-
Apr 24, 2012 0 komentar

Owl

Books keep you company when you're alone. They're your friends through a rainy day. –Owl

Apr 20, 2012 0 komentar

Hujan Mengiringi

Hujan sore ini kembali mengiringi perginya aku. Aku tahu ini semua sudah takdir. Aku tahu hujan ini adalah takdir. Takdir yang tak bisa diubah.

Hujan yang membuatku merasa sendiri di tengah hidup hedonisme orang Jakarta. Aku sebenarnya lelah hidup di Jakarta, hedonis semua makhluknya. Mementingkan dirinya sendiri ketimbang orang yang lebih membutuhkan, sulit meminta maaf dan berterimakasih. Aku lelah.

Aku ingin kembali ke tempatku dulu, bercengkrama dengan anak asuhku. Mendidik mereka menjadi pribadi yang spesial. Yang membuat dirinya bernilai.

Tapi di Jakarta inilah, aku juga menemukan sosok sang sayu nan lembut, yang terus ada dipikiranku. Sang sayu nan lembut yang entah mengapa merasuk. Aku membayangkan justru dengan kelembutan dan keunikannya.

Hujan masih terus turun, tak berniat berhenti secepatnya. Hujan sekarang membuatku mengenang. Hujan membuatku berdoa kembali.

Apr 17, 2012 0 komentar

Cinta

Apa itu suka?

Apa itu cinta?

Apa itu sayang?

Teman satu atap ku bersedih. Katanya karena cinta. Ya, 'cintanya' tak datang, tak bisa melepas rindu.

Temanku yang lain cukup bahagia. Katanya 'cintanya' menelepon. Menanyakan kabar dan lainnya.

Aku?

Aku terpaku, menatap keadaan yang berbanding terbalik. Yang satu bahagia, yang satu sedih. Aku diam, aku galau.

Aku yang justru dirundung galau. Bayangkan saja, sulit aku tidur, justru ketika memejamkan mata aku malah membayangkan punggung seseorang yang bukan siapa-siapa. Dosakah aku? Hanya Allah yang tahu.

Berharap saja, segera datang belahan jiwa yang meminang anak mama yang spesial ini secepatnya. Menerima apa adanya karena anak mama ini telat dewasa.

Apr 16, 2012 0 komentar
Maka nikmat Tuhanmu manakah yang kamu dustakan
0 komentar

Perjuangan Mimpi Anak Relawan

Meraup semua yang tercecar Kapan mimpiku menjadi nyata? Sabar dan ikhlas aku lakoni Daerah, anak daerah itu tak sabar menunggu
Apr 12, 2012 0 komentar

Malam Sang Pesakitan

Menyaksikan malam ini agak sedikit menyakitkan. Tanpa orang tua dan sanak saudara. Termenung sendiri di bibir pintu kamar sepetak.

Setelah selesai dengan rutinitas dan menjalankan kewajiban, aku kini ibarat seonggok kayu lapuk. Terdiam, menatap nelangsa langit malam ini. Tak berbuat apa pun. Aku lihat di atas, ada cahaya kilat, beberapa kali. Seperti blitz dari langit. Berdoa saja aku.

Aku masih bertanya, inikah hidup yang harus aku jalani? Sulit sekali tanpa ada mama, tapi bukankah yang selalu bersama kita itu Allah? Aku tahu akan ada kemudahan dan penghiburan yang layak.

Malam sudah lama berteman denganku, tapi tetap saja rasanya kosong. Sampai bosan aku, hingga jenuh. Ngomong-ngomong, aku kurusan sejak hidup sendiri. Tapi tak ada yang memperhatikan.

Malam masih saja aku rasa menyakitkan, aku coba berkutat dengan buku-buku. Sejenak hilang, tapi muncul lagi dengan hebat. Dan baru tersadar aku, ini malam mulia. Jum'at.

0 komentar

Rindu Satu Hati

Macam orang hilang arah aku sekarang. Kala sendiri, aku akan termenung. Termenung memikirkan hal yang seharusnya aku lakukan. Termenung memikirkan sesuatu yang tak seharusnya aku pikirkan.

Aku tak mungkin merubah dunia. Aku hanya akan merubah diriku. Merubah semua kekuranganku menjadi pribadi yang lebih baik.

Pagi yang kesekian sejak aku menempati kamar sepetak ini. Aku kini menangis, menangisi entah apa. Berkecamuk semuanya, aku ingin menikmatinya kembali. Disaat aku mampu berbagi walau aku kekurangan.

Mendengar kelakar lucu anak-anak asuh, mendengar curahan hatinya ketika kami beristirahat qabla ashar, shalat berjama'ah di masjid tempat pertemuan kami, dipanggil kakak dengan tawa renyah mereka saat menyapa. Aku rindu.

Membantu anak-anak asuh dengan kakak lainnya, berjuang bersama. Bertukar pikiran, mencari ide segar agar mentoring tetap menyenangkan dan tak membosankan. Tertawa dan terharu bersama-sama. Aku rindu.

Perjuangan di kantor kecil itu, dengan suasana hangat yang nyaman. Kakak-kakak yang selalu membantuku. Aku rindu mereka, yang mengingatkan agar aku selalu istiqamah. Menceriakan aku yang sulit berkomunikasi. Keluarga yang terbentuk dari ukhuwah islamiyah.

Berbeda, namun karena perbedaan itu lah yang membuatku merasa utuh, saling melengkapi.

Rindu untuk bisa hadir dalam kehangatan itu. Karena sepi mendera disini. Sepi yang sudah mengisi hati sejak aku menjalani rutinitas ini. Sampai aku tahu, Allah menempatkanku di ruangan itu agar anak-anak itu yang mengusir sepi hati ini.

Betapa Allah mencintai hambaNya, memberi penghiburan atas perpisahan itu..

*Rindu ku semoga tersampaikan untuk kalian semua. Terima kasih sudah membuatku menjadi lebih dewasa dan merasakan hangatnya ukhuwah yang tercipta. Membuatku kini tak suka berada dalam ramai namun terasa sepi. Yang kini membuatku rindu tersipu saat kalian menyapa ku.. ..

Apr 11, 2012 0 komentar

Pray for Indonesia

Lupakan sejenak masalah pribadi. Ini yang sekian kali kita terpekur. Sudahkah kita sadar, banyak yang harus dikerjakan.


Masalah rakyat, berkabung. Masalah alam yang kian marah dirusak. Masalah dunia Indonesia.


Lupakan cinta dulu, 2 manusia tak akan bersatu jika terpisah karena masalah. Nanti setelah reda baru bertemu.


Sejenak, bantulah dulu saudara kita. Sejenak, berdoalah dulu untuk mereka. Sejenak, curahkan hati kita untuk mereka. Mereka butuh kita.


Karena kita masih menjejakkan kaki di bumi Allah. Sama dengan mereka. Tak membantu dengan tenaga, pikiran, materi, bantulah dengan doa. Kelebihan umat Islam.



*Untuk Indonesia, doa ku yang mampu aku kirimkan
0 komentar

Ketika Sebelah Sayapku Patah

Mampukah aku untuk bersikap biasa tanpa mempedulikan perasaan manusia yang muncul? Bukan karenanya. Yang memenjarakan akal dan pikiranku, aku penyebabnya.


Seperti merpati yang sayapnya patah, tak bisa lagi terbang sempurna.


La tahzan innallaha ma'ana.
Mengapa? Karena Allah akan memeluk cintamu, maka cintailah Dia melebihi cintamu pada sosok yang bahkan tak tahu kau mencintainya.


Ketika sayap yang sama harus patah untuk kedua kalinya.


*Bagimu sang sayu nan lembut, tak seperti khayalmu mungkin karena lancangnya pecintamu justru penulis picisan yang memasak pun tak bisa. Yang hanya mampu memandangi punggungmu, yang justru malu ketika mengingatmu. Karena takutnya pecintamu ini terhadap Illah-nya.
Apr 9, 2012 0 komentar

#anakmama

Tanggal 9 April 2012, alhamdulillah aku masih ditakdirkan untuk hidup. Bersyukur atas nikmat yang selalu Allah beri, as always.

Aku memberi judul #anakmama seperti twitt aku. Twitt yang berisi tentang #anakmama dan mama dan bapak. Twitt pelipur rindu dan kesenduan di perantauan.

Kita adalah hasil siklus alamiah dari alam semesta, takdir dari kehidupan yang telah tertulis dalam lauh mahfuz. Kenapa? Karena kita adalah hasil persatuan dari satu sel telur dengan satu sel sperma pilihan, hasil dari takdir dua orang manusia yang Allah swt satukan dalam pernikahan. Kita adalah anak yang terpilih untuk meneruskan siklus alamiah dan takdir kehidupan.

Aku akan menceritakan sedikit tentang kita, #anakmama. Mengapa mama? Mengapa bukan bapak?

Mama adalah ciptaan Allah yang khusus diciptakan untuk kita. Kita sejak dalam kandungan sudah dibawa kemana pergi oleh mama. Tak pernah keluh kesah terdengar, justru kehati-hatiannya dalam menjaga. Itu lah mama.

Ketika kita dalam buaian, mama terus terjaga untuk menyusui, menenangkan, mengganti popok basah, dan berdoa dalam bisikan yang khusu' agar kita menjadi yang terbaik. Masa berganti, ketika kita semakin bertambah usia. Kita mengetahui dunia, dunia yang tak jarang memisahkan mama dan #anakmama. Mama tetap menyayangi kita.

Mama selalu mendoakan kita, selalu menenangkan kita, selalu menasehati kita, selalu saja mama. Bahkan ketika kita marah dengan bapak kita, mama lah yang menengahi, berkata bahwa bapak hanya ingin melihat anak kebanggaannya sukses. Itu lah mama, tegar dalam setiap hidupnya.

Mama yang kuat dan lemah dalam satu waktu. Mama yang penyayang dan tegas dalam satu waktu. Mama yang tegar dan lemah dalam satu waktu. Mama yang membuatku paham makna seorang mama bagi #anakmama.

Mama yang memberi contoh untuk bijak, sabar, tegar, ikhlas, tegas, dan selalu bersahabat dengan pahit getirnya hidup. Mama yang mengajarkan untuk menyayangi bapak yang keras hati. Mama yang memberi pengertian positif tentang bapak. Membuat #anakmama menjadi penyayang bagi keluarga kecilnya. Itu lah mama untuk #anakmama.


I love you mama...so much-


Jakarta,09 April 2012
Apr 4, 2012 0 komentar

Cinta Selembar Kertas -CERPEN-

Perjalan Kertas petang ini sedikit berbeda, hujan tiada hentinya tercurah dari langit. Pasti banjir di daerah Pocin, keluhnya. Kertas memperbaiki posisi duduk di kursi Mayasari. Menghela napas sejenak. Pikirannya melayang ke daerah asalnya. Seperti film flashback, semua pertanyaan hidupnya bergumul dalam perhelatan di petang itu. Ingin rasanya dia pulang, tapi bagaimana bisa.

Bunyi nyaring telepon genggamnya mengganggu sejenak perenungannya. Dari Lembar, kekasih pujaan hatinya, walau hanya dalam hati dan penantian panjang, belum saatnya. Lembar, Lembayung Kirana namanya. Segera menekan tombol unlock dan segera membaca sms Lembar.
"Kertas! Kamu lupa ya, hari ini aku ada di LA! Kapan main?" Bunyi sms Lembar.

Hanya desahan yang keluar dari mulut Kertas. Lupa dia kalau Lembar sedang di Lenteng Agung. Biasanya dia jarang pulang kesana, hidup Lembar hanya di Kuningan, Cempaka Putih, dan Lenteng Agung. Dan Kertas tahu itu.

Jarinya kini asyik menekan tuts telepon genggamnya.
"Maaf, aku lupa. Aku sudah ada di Margonda, lagipula sudah malam. Besok saja kita ketemu bagaimana?" Balas Kertas.

Setelahnya dia kembali ke perhelatan di kepalanya. Memutar ceritanya. Astaga, semua terlalu kompleks bagi Kertas, pria berusia 23 tahun yang kini bekerja sebagai perawat di salah satu rumah sakit swasta. Kertas, sang Kertarajasa anak kesayangan ibundanya tercinta.


Menatap terawang langit yang mulai gelap gulita, untung saja hujan sudah berhenti.
"Ya! TERMINAL! TERMINAL!" Teriak abang kondektur. Pemberhentian akhir. Bersiap turun sebelum melanjutkan ke arah Parung, tak jadi rupanya dia ke Pocin.

Jam 19.00, masih belum terlalu malam baginya. Toh, tantenya juga pasti baru datang dari Kuningan. Lelah dia terkantuk-kantuk di angkot 03, lepas malam yang melelahkan. Kertas tak mampu tidur, tapi mengantuk. Pria melankolik yang tinggi mimpi.


"Kak Kertas!!!" Jerit Sora, sepupu kecilnya. Suatu kejutan Kertas datang berkunjung. "Kak, kak." panggil Dondon, adik Sora. Tersenyum, lalu berkumpul bersama. Merasakan kehangatan keluarga yang mulai dirindukannya setelah bekerja. Juga untuk mengalihkan pikirannya tentang Lembar. "Bagaimana kerjaanmu?" tanya Teh Murni. "Ya begitu. Kerjaan perawat saja. Ada senang, ada capek juga." jawab Kertas datar, "Tapi seneng kan dapet gaji?" Goda Om Danar, suami Teh Murni, sambil terkekeh. "Itu sih iya, Om." jawab Kertas ikut terkekeh. Malam yang menyenangkan dan hangat. Mengakhiri hari Kertas itu.



***
"Katanya jam 9?!" Ucap gadis manis di depannya. Berpakaian simple tanpa memperhatikan model terkini, dengan rambut ikat kuda dan poni depan. Tampak muda dan sporty. Kau tak pernah berubah Lembar, bisik Kertas dalam hati.
"Aku ketiduran habis subuh. Maaf ya." ujar Kertas membela diri. Diliriknya gadis yang sebaya dengannya. Semakin manis saja, walau tiada tanda-tanda fisik dia berubah. Masih tetap kecil, mungil, namun memiliki semangat yang tinggi, dan mendominasi, seperti dirinya. "Kan kau sudah tahu, tidak baik tidur setelah subuh itu. Lagipula kau kan janji jam 9, bukan jam 11." kini Lembar menasehati sambil berkacak pinggang.

"Maaf, aku benar-benar ketiduran." Kertas memasang raut menyesal. Tapi tak ada yang harus disesalinya, toh dia sangat bahagia bertemu Lembar. Mereka meracau dengan pengalaman baru, masa lalu, rencana, dan ambisi mereka. Lembar dan Kertas, sepasang anak manusia yang sedang menikmati kebahagiaan dari tulusnya persahabatan dan cinta.

"Bagaimana project cerpenmu itu? Berhasilkah?" tanya Lembar, dia tahu ambisi terbesar Kertas adalah menerbitkan semua karya-karyanya, buah pemikirannya. Yang ditanya hanya diam, mengangkat bahu sambil terus asyik mengunyah. "Berarti gagal ya?" tanya Lembar lagi, penasaran. "Setidaknya kau membaca karyaku kan?" balik Kertas. "excuse? Atau bentuk lain dari pupusnya harapan?" tanya Lembar. Bakso Malang pedas yang dipesannya sedari tadi belum disentuhnya, menatap tajam pria dihadapannya. Menanti jawaban pasti. "Hei,did you hear me, Kertas?!" "Iya. Itu bukan hilang asa melainkan bentuk excuse yang memang aku peruntukkan untuk ku sendiri. Sekarang aku hanya berpikir, selama ada yang membaca, aku akan terus menulis." ujar Kertas, to the point. "Walau pun itu hanya aku?" tanya gadis manis itu, menatap lama-lama. "though it's only you." jawab Kertas.

"Oh ya, bagaimana nasib Luna? Katanya kau sempat jalan dengannya?"
Serentetan pertanyaan panjang dari Lembar, selalu begitu. Seakan dia tak pernah puas akan informasi tentang Kertas.
"Luna? Haruskah dijelaskan? Tak akan percaya kau tentang ceritaku. Luna itu sudah aku anggap adik. Teman bertukar pikiran, layaknya kau. Tapi tak sama." ujar Kertas, tak sama karena aku mencintaimu. "Hmm... Sayang sekali kau tak lanjut dengannya. Dia baik, cantik, pandai, pintar masak pula." "Kau saja yang suka sama dia! Laki-laki itu suka dengan wanita yang memang bisa membuatnya luluh." Kertas bicara dengan nada yang agak tinggi, sedikit kesal dengan Lembar, selalu saja memuji Luna, seakan sengaja menjodohkan dirinya dengan Luna. "Yahh, mungkin." ujar Lembar sambil mengangkat bahu.
***
Mata Kertas menatap lama ke arah Lembar, sudah waktunya dia pergi menuju rutinitasnya, begitu pun Lembar. "Hati-hati! Jangan lupa sms kalau sampai ya!" Jerit Lembar ketika Kertas menaiki Mayasari. Hujan rintik-rintik saat itu. Kertas hanya melambai. Dilihatnya Lembar yang masih mengamati kendaraan umum itu, walau hujan mulai deras.

Kembali Kertas berujar dalam hatinya, aku akan meminangmu suatu saat nanti.
Apr 1, 2012 0 komentar
Hari pertama di bulan April, dimana aku sedang asyik menanti bus transjakarta jurusan harmoni hanya karena mau ke kali deres. -,-

Aku merasa sudah lama juga ya, gak kemana-mana sejak di jakarta. Aku ini si bolang, pergi kemana pun hanya sendiri. Ditemani para malaikat setia dan Allah tentunya. Aku senang pergi ke suatu tempat, bukan tempatnya, melainkan esensi dari perjalanannya. Aku menyukai perjalanan yang panjang dan tenang.
Mungkin aku pengamat yang baik. Aku senang mengamati. Karena di setiap perjalanan aku melihat hal yang tak pernah sama.


Aku selalu berharap mendapat kamera Canon DSLR, karena semua pantas diabadikan. Karena dengan mengamati, kita belajar untuk bijak.
0 komentar

Menjemput Bahagia

Tanggal 31 Maret 2012 adalah hari bahagia untuk kakak seniorku di RS. Alhamdulillah dia menikah. Selamat kak Ai, selamat menempuh hidup yang baru. Semoga Allah merakhmati keluarga kecil kalian. Semoga aku juga segera menemukan jodohku yang hilang, hehe.

Kak Ai, selamat menjadi istri yang paling cantik.

(-^.^-)
 
;