Mampukah aku untuk bersikap biasa tanpa mempedulikan perasaan manusia yang muncul? Bukan karenanya. Yang memenjarakan akal dan pikiranku, aku penyebabnya.
Seperti merpati yang sayapnya patah, tak bisa lagi terbang sempurna.
La tahzan innallaha ma'ana.
Mengapa? Karena Allah akan memeluk cintamu, maka cintailah Dia melebihi cintamu pada sosok yang bahkan tak tahu kau mencintainya.
Ketika sayap yang sama harus patah untuk kedua kalinya.
*Bagimu sang sayu nan lembut, tak seperti khayalmu mungkin karena lancangnya pecintamu justru penulis picisan yang memasak pun tak bisa. Yang hanya mampu memandangi punggungmu, yang justru malu ketika mengingatmu. Karena takutnya pecintamu ini terhadap Illah-nya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment