Mar 14, 2012

Yang Berdosa itu Aku atau Mereka?

Masih menanti pagi yang mungkin bisa menyejukkan jiwa, berharap segera ada pendamping hidup secepatnya. Amiin...... :)) *berharap tidak ada salahnya kan?*

Malam ini ketika semua mata sebagian besar manusia sudah tertutup rapat menyelami dunia yang berbeda, itu lah mengapa kita selalu berdoa sebelum tidur. Tidur mengurangi kesadaran kita akan dunia, dan tidak mustahil kita terlelap selamanya ketika kita tidur, jika memang iya, semoga sebelumnya kita sudah mempersiapkan bekal yang cukup.

Menuliskan "post-it" ini memang agak sedikit berbelit-belit, maklum sudah terlalu banyak kata yang tak tertuang di blog ini. Judul di atas sedikit menyiratkan kegundahan yang masih menggantung di dalam hati dan pikiran selama aku bekerja. Dan cukup lama ya, aku sudah tidak membuat postingan baru semenjak bekerja di RS.

Bekerja di sebuah RS, berita yang menggembirakan untuk orang tua ku, untukku -walau sesaat-, untuk keluargaku. Aku harus bersusah payah, walau semua itu atas kehendakNya (Tiada daya dan upaya melainkan dariNya), menempuh perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan. Aku harus menyingkirkan pesaing-pesaing yang lebih baik dari ku. Aku harus terus belajar cepat di lingkungan yang tidak mau tahu aku itu belum berpengalaman.

Ditempatkan di ruang anak, berusaha mencintai mereka dan keluarga mereka. Perawat itu, bukanlah pekerjaan mudah untuk orang seperti ku, yang masih suka mencintai diri sendiri, masih suka berpetualang mencari pengalaman baru, masih suka mengeluh, masih suka membandingkan pekerjaan lain. Perawat itu, bukanlah pekerjaan mudah untuk aku, yang menyukai kesendirian. Aku harus bisa mengerti mereka, peduli dengan mereka, anak-anak yang bahkan aku sendiri belum pernah merasakan kehadiran seorang anak dalam hidup ku (Semoga segera terwujud setelah menikah).

Mungkin aku bukanlah sempurna untuk menjadi perawat, namun aku terus berusaha agar mereka menerimaku dengan baik, walau terkadang mereka takut, gelisah, cemas, namun aku terus berusaha akrab dengan mereka. Aku pernah bercerita pada ibu ku, aku sering berbicara dengan nada yang agak kencang dengan orang tua pasien.

"Bukan ketus mah, tapi aku menjelaskan supaya mereka memahami keadaan anaknya dan ruangan." Kata ku,

"Itu bukan  ketus, tapi tegas.Tegas tidak apa-apa, tapi jangan kasar." ujar Ibu,

"Iya mah...."

Mungkin aku berbicara tegas, tapi mungkin pula aku tak sadar sudah berbicara dengan nada yang cukup kasar. Alasan jahat ku adalah karena orang tua itu jarang sekali mengerti keadaan anaknya dan keadaan kami perawat ruangan yang juga harus membagi pikiran dan tenaga kami untuk pasien lain yang kondisinya sama bahkan lebih buruk. Aku malu karena aku juga manusia, ketika lelah mendera, aku khilaf menjadi egois, aku pun manusia aku bisa lelah. Aku berusaha berpikir bijak seperti apa yang ibuku ucapkan, "Janganlah melihat apa yang telah kau lakukan tapi teruslah berpikir apa yang bisa kau lakukan. Dengan begitu kau akan terus terpacu untuk memperbaiki diri dan terus tersenyum apapun keadaanmu."

Dan siapapun yang berdosa, manusia itu adalah tempatnya lupa dan salah. Aku rindu mamah :'))

Semoga Allah senantiasa memberimu kekuatan yang tiada batas, mendoakan anakmu ini yang sering menangisi keadaannya melebihi tangisnya tentang mu.... Semoga Allah menempatkanmu di tempat yang mulia, di dalam jannahNya...Amiin


Ghesti sayang mamah, walau suatu saat nanti Ghesti akan berkeluarga...Ghesti akan terus belajar dari mamah, menjadi tangguh..

0 komentar:

Post a Comment

 
;