“Ayo ikut aku, aku akan membawamu ke suatu tempat yang tak akan pernah kau lupakan…untuk seterusnya.” Ucap Patria sembari tersenyum kearahnya. “kemana?” tanyanya dengan tampang yang bingung “kau akan menyukainya! Ayo!” kini senyuman itu menjadi semakin indah, Tian hanya mampu mengangguk dan merelakan tangannya direngkuh oleh Patria, pria yang kini hampir menguasai hatinya. Tian mengikuti langkah Patria dengan menunduk malu, dia sungguh sangat mendambakan hari ini, dimana Patria hanya tersenyum untuk dirinya, tidak untuk ibu, tidak untuk kakek, hanya untuk dirinya.“tempat yang indahkan?” Patria berdiri membelakangi sebuah taman bermain yang ada di ujung kompleks tempat mereka tinggali. Senyuman lebar tersungging di wajah Patria yang membuat Tian sangat mencintai sosok pria yang dihadapannya. Pria yang harus dia panggil ayah. Walaupun dia bukan ayah Tian yang sebenarnya. Dia hanya berbeda 5 tahun dari Tian. Dan membayangkan bahwa sosok yang dia cintai adalah ayahnya membuat dia semakin sakit. Dia hanya mematung sebelum akhirnya membuka mulutnya. “hmm..terlihat biasa untuk ku.” Ucap Tian datar. Dia pikir tempat yang akan ditunjukkan Patria adalah tempat rahasia yang hanya diketahui oleh Patria dan kemudian dirinya, setelah ditunjukkan oleh Patria. “Ayo, sini. Ke roda putar itu.” Patria kemudian menarik lengan Tian untuk menuju roda putar. “sekarang kau naik.” Patria berucap dan harus dilakukan oleh Tian tentu saja. “aku? Bagaimana dengan mu?” Tian langsung menyesali pertanyaan ini, karena selang beberapa saat dia melihat wajah aneh Patria. “hahahhaha”-dia tertawa- “aku di sini, aku akan memutarmu. Sekarang kau berdiri dan pejamkan matamu.” Perintah Patria, raut wajahnya yang halus sangat terpeta di hati Tian. “ta, tapi…” ucap Tian takut-takut, ini bukan sebuah hal yang mudah untuknya. Dia pernah jatuh sebelumnnya. “sudahlah, percaya pada ku. Ok?” ucap Patria menenangkan Tian yang kini ketakutan. “ngg.…” Tian mengangguk kaku. “SIAP!!!!” mata Patria terlihat berseri, tangannya yang kokoh mencengkram kuat pegangan besi roda putar itu. “GO!!!!” kini Patria memutar roda putar itu dengan kencang “aaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!” jerit Tian, tangannya mencengkram erat pegangan besi “buka matamu, Tian. Dan jangan merunduk!! Lihat ke langit!!” jerit Patria disampingnya, yang terus berlari untuk memutar roda putar. Dengan anggukan Tian membuka matanya pelan-pelan, dan dia melihat sekelilingnya berputar, berputar indah di bawah kepalanya, langit berputar…pikirnya. “indah sekali………..!!!” kini dia menikmatinya. Kau luar biasa Patria, kau luar biasa. Ucap Tian dalam hati. “ahahahahahahahahahaha” Tian mampu mendengar tawa bahagia yang keluar dari mulut Patria, tawa yang tak pernah dia dengar sebelumnya. Tawa seorang pria, seorang pria yang tidak dia kenal sebagai ayahnya. Tawa pria lain. –Aku mencintaimu, Patria. Aku sangat mencintaimu--ditunggu kritik dan sarannya,ini hanya sekedar prolog dari cerita yang dibuat-
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar:
Post a Comment