Di Indonesia jam ini sangat populer. Sekian.
Jakarta, 22 Oktober 2012
Dalam persiapan rapat -__-
Hari Jumat. Hari yang menyenangkan. Setidaknya untukku. Bukankah bersyukur itu baik? Bukankah berbaik sangka itu diharuskan?
Hari ini adalah hari kedua aku di ruang anak. Lagi. Yap! Aku sudah dipindahkan ke ruang anak. Aku sudah kembali lagi mengurus anak kecil dan anak super kecil lagi. Setelah 3 bulan aku mengurus kakek-kakek dan rekan-rekan sejawatnya. Aku kembali lagi berurusan dengan dokter yang "unyu" dan team pasien yang luar biasa "baik".
Aku. Ya, aku. Aku baik-baik saja. Sejauh ini aku berusaha menikmati lagi kondisi sibuk, super duper sibuk! Ya ini lah ya itu lah. Tapi itulah seninya. Perawat adalah seniman yang merangkai prakarya hidup. Perawat adalah tempat sampah yang menampung semua uneg-uneg. Tempat yang menyenangkan.
Aku. Aku senang saja. Aku percaya ada janji Allah di depan sana. Janji yang luar biasa indah. Jadi aku berbaik sangka saja, tak akan ada ruginya bukan? Janji baik. Kalau pun ternyata ditunda toh tetap memberi alasan untuk terus bersemangat bukan? Jadi ghesti, semangat!
Post untuk menenangkan hati dan pikiran.
Repost lagi dari fb
Teman terbaik adalah kesendirian. Sebuah kata yang sarat akan makna dan terhinakan dengan arti 'tak berarti', 'fana', bahkan terkesan
terkucilkan. Dia tetap setia menemani walau banyak orang meninggalkannya. Bersamanya aku mampu menjadi diriku sendiri dan berusaha untuk bersyukur dalam hidup. Aku percaya,suatu saat nanti Allah akan memberiku sesuai dengan rencanaNya.
Kesendirian bukanlah suatu hal yg harus ditakuti karena kesendirian merupakan suatu proses dimana seorang manusia bisa menjadi dirinya tanpa perlu ada yang ditakutkan. Kesendirian justru lebih mampu membaur dengan jiwa seseorang karena semua manusia membutuhkannya. Dalam kesendirian seorang mampu menciptakan hal yg luar biasa, menjadi pengamat yg baik, memberi kebebasan pada diri untuk memilih jalan selanjutnya.
Kesendirian membuat seorang diakui eksistensinya karena semua terlahir dari kesendirian. Tak ada yg perlu ditakutkan dari kesendirian,justru dialah teman setia yg selalu menemani saat moment itu terjadi. Bersahabatlah dengan kesendirian dan resapi kebijaksanaan kehidupan bersamanya.
Lagi - lagi repost dari Note fb January 2, 2011 at 6:08pm
Semakin membuat terpana kisah-kisah yang aku dengar dengan kedua indera pendengaranku ini begitu banyak kisah yang mengawali hidup seseorang. Mungkin memang aku yang terlalu lemah atau memang hidup yang terlalu keras hingga pada akhirnya tetap aku saja yang harus menyerah.
Aku mendengar mengalah adalah baik, tapi tak selamanya baik jika kita menyamakan mengalah dengan menyerah. Aku mendengar bahwasanya semua adalah baik selama kita menjalaninya dengan sungguh-sungguh. Adakah artinya itu untukku? Sampai saat ini bibirku tertutup rapat, berusaha untuk mengamati keadaan disekelilingku.
Ketika seorang yang berarti dalam hidupku bercerita, hidup tak semudah yang kita pikirkan, jalani dengan sungguh-sungguh dan cintailah keadaanmu, berdoa dengan penuh harapan, ingatlah orang-orang yang menyayangimu.
Bahkan ketika indera penglihatanku rabun terhalang butiran-butiran air mata, masih terpancar dengan jelas wajahnya, wajah penuh cahaya.
Karena aku tak melihat dengan mata, aku melihat dengan hati.
Suatu saat, ketika aku mendengar hal yang membuat semua duniaku hancur, aku melihat sosoknya tetap berdiri tegap dengan tangan terbuka walau dunianya sudah hancur lebih dulu daripada duniaku. Karena baginya dia akan terus memberi, bukan terus menerima. Terkadang memang dia tak melihat kegalauan ku, bibirnya terus saja bercerita tentang hidupnya membuat aku jenuh. Sesaat aku marah, namun melihat raut wajahnya yang sedih dengan tiba-tiba aku menyesal, aku tahu dirinya butuh teman untuk berbagi kesedihannya.
Maaf ya, mah.
Repost Note fb April 24, 2011 at 9:18pm
Hari ini hari minggu, besok hari senin...
kata yang bahkan tidak ingin ku ucapkan sekarang, saat ini, ketika aku masih ingin berada dalam kehangatan keluarga dan tak mendengar caci maki orang-orang. Aku mungkin akan memilih, lebih baik aku setiap saat dimarahi oleh orang tuaku daripada aku harus meninggalkan mereka untuk saat ini.
Hari ini, kemarin, 2 hari yang lalu, aku berubah menjadi cengeng. Entah kenapa air mata ini terus
mengalir, tak ada yang membuatku harus menangis, tak ada yang membuatku harus menitikkan air mata, namun tetap saja air mata ini turun tak tertahankan. Apa ini yang akan aku rasakan terus? Aku bahkan selalu merasa kesal, kesal karena tak ada yang mau mengerti, karena semua menganggap aku sudah dewasa.
Aku merasa sesuatu yang tak pernah aku rasakan sebelumnya, rasa kehilangan yang tiba-tiba muncul, dulu aku yang meminta kemandirian karena aku ingin bisa melakukan sendiri. Tiba-tiba, aku justru ingin menjadi yang diperhatikan, tapi aku tak pernah bisa memperlihatkan keinginanku
itu, aku sudah bukan anak kecil lagi. Aku sudah besar dimata mereka. Kini aku ingin sekali bilang, kalau aku mencintai mereka, walau tak pernah terucap dari mulut ku, tapi aku selalu menuliskan semua dalam buku dan hati ku. Aku sungguh menyayangi kalian, aku menangisi kalian, aku membutuhkan kalian. Aku ingin kalian memaafkan aku, aku ingin meneriakkan kalau aku menyayangi kalian, orang tua ku.
Saat ini aku tak ingin pergi dari kalian, aku ingin bersama kalian, tertawa bersama kalian. Saat ini aku justru menjadi lemah disaat aku seharusnya menjadi kuat. Saat ini aku merasa menjadi batu bara disaat yang lain menjadi intan. Saat ini aku merasa menjadi bubur disaat semua menjadi nasi........
Tapi aku harus pergi, karena aku pergi membawa mimpi mereka, membawa senyum mereka, membawa semua harapan mereka. Punggung ku berat karena harapan mereka, hati ku rapuh karena senyum mereka, pikiran ku tumpul karena mimpi mereka. Mata ku pun buram karena air mata ku. Air mata yang keluar karena takut tak mampu membawa semua itu.
Aku ingin menjadi mampu, mampu saat semua memang harus menjadi mampu. Aku percaya bahwa ini semua adalah rencana NYA. Aku percaya disaat ini Allah swt sedang melihat ku, mengawasiku, apa aku mampu bangkit dan mampu berlari. Karena aku pergi untuk kebaikan, aku pergi untuk masa depan, aku pergi untuk mimpi, aku pergi untuk melihat senyuman mereka.
Aku sayang kalian walau kata tak pernah aku ucapkan......
Aku sayang kalian walau aku selalu
menyusahkan.....
Aku minta maaf karena tak pernah membuat kalian bangga....
Aku sayang kalian......
Kalian alasan lain dari hidupku ini karena kalian sebagian nyawa ku..
Ketika aku PERGI, aku akan terus mengingat kalian.
Repost dari Note Facebook December 24, 2010 at 3:11pm
Ketika duduk sujudku tampak sosok
Menengadah kedua tangannya
Memelas wajahnya berkata
Tuhan……
Tumpukkan genangan air dimatanya
Merembes dalam lembaran sajadah kusam
Membanjiri pipi pucatnya
Tuhan….
Tuhan, jika kehendakMu adalah yang terbaik
Ajarkan aku untuk menerima semua
Tuhan, jika kehendakMu adalah yang terbaik
Tuntun aku untuk merasa
Tuhan, jika kehendakMu adalah yang terbaik
Angkat aku untuk berdiri
Tuhan, jika kehendakMu adalah yang terbaik
Siapkan aku untuk berlari
Sesaat mengamini, menutup seluruh wajah
Mengecup ujung sajadah kusam
Menatap kosong depan kain tutupan
Aku memulai langkah baru, Tuhan..
Books keep you company when you're alone. They're your friends through a rainy day. –Owl
Hujan yang membuatku merasa sendiri di tengah hidup hedonisme orang Jakarta. Aku sebenarnya lelah hidup di Jakarta, hedonis semua makhluknya. Mementingkan dirinya sendiri ketimbang orang yang lebih membutuhkan, sulit meminta maaf dan berterimakasih. Aku lelah.
Aku ingin kembali ke tempatku dulu, bercengkrama dengan anak asuhku. Mendidik mereka menjadi pribadi yang spesial. Yang membuat dirinya bernilai.
Tapi di Jakarta inilah, aku juga menemukan sosok sang sayu nan lembut, yang terus ada dipikiranku. Sang sayu nan lembut yang entah mengapa merasuk. Aku membayangkan justru dengan kelembutan dan keunikannya.
Hujan masih terus turun, tak berniat berhenti secepatnya. Hujan sekarang membuatku mengenang. Hujan membuatku berdoa kembali.
Apa itu cinta?
Apa itu sayang?
Teman satu atap ku bersedih. Katanya karena cinta. Ya, 'cintanya' tak datang, tak bisa melepas rindu.
Temanku yang lain cukup bahagia. Katanya 'cintanya' menelepon. Menanyakan kabar dan lainnya.
Aku?
Aku terpaku, menatap keadaan yang berbanding terbalik. Yang satu bahagia, yang satu sedih. Aku diam, aku galau.
Aku yang justru dirundung galau. Bayangkan saja, sulit aku tidur, justru ketika memejamkan mata aku malah membayangkan punggung seseorang yang bukan siapa-siapa. Dosakah aku? Hanya Allah yang tahu.
Berharap saja, segera datang belahan jiwa yang meminang anak mama yang spesial ini secepatnya. Menerima apa adanya karena anak mama ini telat dewasa.
Setelah selesai dengan rutinitas dan menjalankan kewajiban, aku kini ibarat seonggok kayu lapuk. Terdiam, menatap nelangsa langit malam ini. Tak berbuat apa pun. Aku lihat di atas, ada cahaya kilat, beberapa kali. Seperti blitz dari langit. Berdoa saja aku.
Aku masih bertanya, inikah hidup yang harus aku jalani? Sulit sekali tanpa ada mama, tapi bukankah yang selalu bersama kita itu Allah? Aku tahu akan ada kemudahan dan penghiburan yang layak.
Malam sudah lama berteman denganku, tapi tetap saja rasanya kosong. Sampai bosan aku, hingga jenuh. Ngomong-ngomong, aku kurusan sejak hidup sendiri. Tapi tak ada yang memperhatikan.
Malam masih saja aku rasa menyakitkan, aku coba berkutat dengan buku-buku. Sejenak hilang, tapi muncul lagi dengan hebat.
Dan baru tersadar aku, ini malam mulia. Jum'at.
Aku tak mungkin merubah dunia. Aku hanya akan merubah diriku. Merubah semua kekuranganku menjadi pribadi yang lebih baik.
Pagi yang kesekian sejak aku menempati kamar sepetak ini. Aku kini menangis, menangisi entah apa. Berkecamuk semuanya, aku ingin menikmatinya kembali. Disaat aku mampu berbagi walau aku kekurangan.
Mendengar kelakar lucu anak-anak asuh, mendengar curahan hatinya ketika kami beristirahat qabla ashar, shalat berjama'ah di masjid tempat pertemuan kami, dipanggil kakak dengan tawa renyah mereka saat menyapa. Aku rindu.
Membantu anak-anak asuh dengan kakak lainnya, berjuang bersama. Bertukar pikiran, mencari ide segar agar mentoring tetap menyenangkan dan tak membosankan. Tertawa dan terharu bersama-sama. Aku rindu.
Perjuangan di kantor kecil itu, dengan suasana hangat yang nyaman. Kakak-kakak yang selalu membantuku. Aku rindu mereka, yang mengingatkan agar aku selalu istiqamah. Menceriakan aku yang sulit berkomunikasi. Keluarga yang terbentuk dari ukhuwah islamiyah.
Berbeda, namun karena perbedaan itu lah yang membuatku merasa utuh, saling melengkapi.
Rindu untuk bisa hadir dalam kehangatan itu. Karena sepi mendera disini. Sepi yang sudah mengisi hati sejak aku menjalani rutinitas ini. Sampai aku tahu, Allah menempatkanku di ruangan itu agar anak-anak itu yang mengusir sepi hati ini.
Betapa Allah mencintai hambaNya, memberi penghiburan atas perpisahan itu..
*Rindu ku semoga tersampaikan untuk kalian semua. Terima kasih sudah membuatku menjadi lebih dewasa dan merasakan hangatnya ukhuwah yang tercipta. Membuatku kini tak suka berada dalam ramai namun terasa sepi. Yang kini membuatku rindu tersipu saat kalian menyapa ku.. ..